orenta

orenta
orenta

Sabtu, 18 Februari 2012

CURHATKU TENTANG MANTANKU

 CURHATKU


BY: ORENTA


kawan.. ini kisahku...
puisi-puisi untuk sang mantan .. sungguh aku merindukannya.
tetapi dia sudah menjadi milik orang lain, aku tak ingin menggangu hidup dan kebahagiannya.
aku sangat mencintainya.. aku sungguh menyayanginya... karna dia cinta pertamaku dan pacar pertamaku.
 dulu awal kita bertemu di sebuah kolam renang tak sengaja aku memandanginya seperti ada sesuatu menarik ada pada dirinya.
selama 2 tahun aku mengaguminya tanpa mengenalnya, banyak cinta datang tetapi ku menolak, entah tak tau apa yang ku lakukan aku menunggu kehadiran seseorang yang sungguh aku tidak mengenalinya.
tapi aku masih mengingat senyum indah merasuk tulangku hingga aku terbunuh dalam seduah penantian yg tidak jelas.
  derai air mata terjatuh jika aku termenung dalam sepinya hidupku.... dalam doa aku sungguh ingin mengenalny..
  di suatu pagi yg cerah.. tiba kau datang tepat di pintu rumahku... bersama sepupuku.
ternyata kau teman sepupuku, sungguh aku tak menyangka semua seperti mimpi indah dalam alam nyata.
lembut suaramu buwat aku terpaku hingga mulutku tak bisa berucap sepatah kata, dalam hati aku menangis bahagia,
aku terlamun... oh.. allah.. sungguh ke ajaiban bagiku.
setelah aku tau siapa namamu dan rumahmu.
setiap hari dalam hati kecilku aku ingin dekat dengan mu.. aku berusaha untuk dekat denganmu.
setiap hari aku berkunjung ke rumah sepupuku. agar ku bisa melihatmu. memandang wajahmu buwat ku lega dan bahagia.. bunga-bunga cinta dalam hatiku bermekaran.. oh.. aldy.
waktu terus berjalan akhirnya aku akrab denganmu. semakin hari buna cinta dalam hati semakin bersemi.. oh.. allah aku jatuh cinta pada hambamu.
kau sesosok lelaki yang pendiam dan pandai bermain gitar walau suaramu merurak dunia. hehehe...
tapi aku senag setiap dekat denganmu.
setiap hari ku mencoba selalu ada saat kau butuh hingga akhirnya kau mencintaiku.
sore itu kau datang ke rumahku dengan sepucuk surat dengan senyum maniz kau berikan suratmu padaku.. oh... surat cinta pertama.
oh.. lewat sms ku balas cintamu...
tak terasa waktu terus berjalan 1 tahun kita berpacaran, begitu banyak godan dan cobaan datang, kita hadapi dengan tabah. alhamdulillah.. Allah menguatkan iman kita.
saat hari ultahmu aku berusaha memberi kado padamu, sebuah gitar mainan dan kaos oblong dgn warna kesukaanmu.
aku begitu senag melihat kau segitu gembira nmenerima kado dariku.
ku lihat fto profil fb mu memakai baju dariku.
 selama kau jadi pacarku, aku tidak pernah tau kalau sahabatku menyayangimu gara-gara aku selalu menyajak dia untuk bertemu denganmumu. tak ku sangka dia mencintamu hingga semua fto-fotomu di simpan dalam tasnya. seperti tertusuk pedang hati ini.
dalam sebuah pemikiran matang aku terpaksa memutuskan cinta kita demi sahabatku, aku tak ingin sahabatku menderita karna mencintamu yang sudah menjadi kekasihku. oh... aldy sungguh air mataku terus mengalir saat kau jauh dariku..setiap malam hanya bayangmu temani sendiriku.
saat perpisahan kita aku menunggumu di tempat kita selalu bersama. tapi kau tak datang. hujan deras membasahi tubuhku bersama denag rapuhnya hatiku, aku sebenarnya hanya ingin memberi sal buatanku. janjiku dulu bila kau di terima di SMAKER aku akan memberimu hadiah.


ditengah penderitaan cintaku ini aku tak ingin sakit hatiterus, aku punya pacar bernama mufid. dia hanya pelampiasanku... karna mufid selingkuh aku putus dia, sungguh... hatiku sakit karna dia selingkuh tapi tak mengapa toh aku tidak mencintainya.


waktu terus berjalan... sahabatku sudah mulai melupakanmu dan dia sudah punya pacar. aku senang mendengarnya. dalam sebuah pengharapan aku berharap bisa bersamamu kembali.
 aku tidak menyangka aku bisa di terima di SMAKER, ku kira aku bisa bersamamu kembali. ternyata kau sudah ada yang memiliki.
hatiku memang sakit tapi aku harus merelakanmu, toh aku yang telah memutuskan hubungan kita. semua salahku...
aku kini hanya basa menjadi temanmu. 
oh... ALLAH aku bahagia walau dia bukan milikku.aku akan selalu tersenyum untuknya Walau kadang hati ini begitu mengharapkannya.



ibuku


ibuku 
by: orenta
IBUKU SAYANG.......
Tak terhitung....
Betapa besarnya nilai kasih yang kau beri
Dari putrimu belum mengerti sampai mengerti
Tak terbayangkan.....
Betapa nilai lelah yang telah kau curahkan
Tak pernah berharap....
Akan  balasan atas segala pengorbananmu
Kau hanya ingin melihat senyum manis buah hatimu
Kaulah ibuku tersayang.....
Dengan ketulusan dan kelembutan mengasihiku
Tak ada cinta yang mampu  melebihi
Selain tulusnya cinta_NYA dan cintamu
Kaulah ibuku terkasih......
Yang selalu setia menemaniku disaat2 apapun
Kaulah ibu pahlawan sejatiku di dunia .

oh.. mantan kekasih


oh.. mantan kekasihku.
Irama sendu mengiring isi hati‘ku
lirik pilu menemani gulitanya hati
kau mantan kekasih aku masih mencinta
walaupun di dalam hati jujur ku menderita
tawanya dunia menghantui hari-hari
karena dia tau kalau aku manusia bodoh
berharap yang tak’kan kembali
berharap yang menyakiti
berharap se’orang yang memungkiri
tapi tak mengapa
walau dunia terbahak aku tak tergoda
walau hati tersayat ku tak’kan jera
karna kau cinta pertama
memilih berpaling hati sangat sulit
karna senyuman’mu memenjarakan hati
tatapan’mu menodong jiwa
jujur aku tak sanggup
dirimu tersirat di hari
walau kau tak memikirkan itu
aku yakin sedikit waktu ada untuk mengingat’ku
karna sang detik yang mengadu
kau mantan kekasih
tak’kan ku lupa
tak’kan ku hilangkan dari fikiran’ku
walaupun itu hanya sedetik
jujur ku masih mencinta. . .


by: orenta

tangismu

 tangismu
by : orenta

di bening matamu kemarin
kutemukan sebutir air mata yang kau tahan
mengeras jadi mutiara
jatuh ke bibirmu
tinggal disana sebentar
menggetar
kemudian menyusup ke tenggorokan

mungkin saja
ia yang sekarang menjelma serak dan sesak pada
barisan kata perpisahan

sudah jangan sendu, sayang
aku ingin pergiku kali ini terdengar merdu
agar angin malam
atau hujan
atau bahkan udara dingin dan kebekuan
bisa mengingatkanmu kapan-kapan
tentang kisahku dalam rindu-rindu
yang haru
tapi tidak biru

aku akan tetap menjadi keindahan
jingga di pagi dan senja
lagu-lagu yang menyapa kelopak matamu sebelum terik
dan mengendap-endap sesaat di lelahmu sebelum mimpi

sang mantan


sang mantan

Saat matahari mulai terbenam
Aku melihatmu tersenyum di sampingku
Aku tak berkedip menatap matamu
Bagiku, matamu begitu sempurna
Hari itu
Aku merasakan denyut nadimu
Detakan keras jantungmu
Harum nafasmu
Juga hangat cintamu
Kini tentangmu kujadikan crita sebelum tertidur
Ku jadikan bayang kerinduan sebelum terlelap
Dan Ku jadikan Pelabuhan di alam mimpi
Jiwa ini, Hati ini, Hidup ini begitu merindukanmu
Engkau adalah kisah terindahku
 sang mantan... oh.. aldi ragil romadhon
aku.. merindukanmu...sungguh
 cintamu hanya angin lewat
 yang memberi aroma rindu
by: orenta
untuk sang mantan... cinta pertamaku dan pacar pertamaku..
aldi ragil romadhon

untukmu


Untukmu
Lidah membuat kita terluka
Hingga…
Ego membuat kita terpisah
Aku pergi ke heningan malam
Engkau pergi ke ujung jalan
Tanpa menoleh lagi kebelakang
Di tepi brantas ini
Aku kembali merenungimu
Mengapa pengorbanan untuk cinta kita
Tak di anggap ada
Aku kembali kesini
Tempat di saat kita berpisah
Karena rinduku padamu
Berharap kau berfikiran sama
Kembalilah untukku dari ujung jalan sana
by: orenta

cinta dan rindu

Cinta dan Rinduku Padamu


by:orenta






Adakah engkau disana sepertiku
Memasuki dunia hayalanku yang mencaci
Aku berhayal berduaan dengan mu
Dimana aku dapat tertawa bersamamu, menggenggam tanganmu
Wahai cintaku disana
Mengapa kau tak mengenaliku
Kau tak tahu apa yang ada di hatiku
Kau tak tahu jika aku memandingi wajah indahmu
Adakah engkau disana sepertiku
Yang tidak sadarkan diri akan cinta yang bersemi
Yang tak mampu mengucapkan kedalaman kerinduan
Saat berhadapan dengan mu
Aku yang terkurung di ruang cinta dan kerinduan ku
Tak dapat berucap padamu, bahkan walau telah menyentuhmu
Setiap menatap matamu terasa menusuk ke jantung hati ku
Engkau cintaku, cinta terpendamku
Engkau rinduku, rindu tak bertuanku.

Senin, 13 Februari 2012

LOVE YOU SO MUCH...


orenta

NAMA : ORENTA AYU RETNANI

PESAN :

jangan berlebih mencintai kekasihmu, suatu saat mungkin akan menjadi musuhmu.
jangan berlebih membenci musuhmu, suatu saat nanti mungkin akan menjadi kekasihmu.

 wahai kawan, aku sengaja memberi nama blog ku "ORENTA DOKTER CINTA'' di sini aku ingin berbagi artikel ku dan juga artikel teman-teman kita yang membahas tentang cinta dan kehidupan ini.
aku ingin kita semua berbagi cerita tentang kisah kita dan pengalaman hihup kita tentang cinta.
 eh, janga artikan cinta itu masalah pacar loh...
cinta di sini membahas cinta yang kita alami di kehiduoan ini, masalnya aja cinta kepada Tuhan, kepada orang tua dan cinta kepada para sahabat kita atau cinta terhadap seseatu '' something'' hehehe....

 sekian ya... aku cepek ngetik. hehehe....

smangat ya......

cinta dan sahabat



antara cinta dan sahabat

Aku masih terpaku menatap lekat-lekat sosoknya.Seorang gadis yang sebaya denganku, yang telah cukup lama menjadi teman akrabku.Aku pun hampir tidak mengingat, bagaimana kami bisa saling mengenal dan berlanjut menjadi seorang sahabat.Ya, sahabat. Sesuatu yang spesial bagi tidak sedikit orang.Sosok yang selalu ada saat kau jatuh hingga kau telah berada di atas angin.


Keisya.Merupakan panggilan akrab untuknya.Dikatakan dewasa, dia sungguh kekanak-kanakan.Disebut penyabar, tidak selalu seperti itu keadaannya. Namun entah karena hal apa aku sanggup berlama-lama di dekatnya. Waktu satu jam bukan lagi waktu yang cukup memuaskan bagi kami untuk saling bercerita dan berkeluh kesah. Mulai dari segala hal yang sedih, aneh, lucu, keren menurut versi kami, dan banyak lagi hal-hal tak penting yang kami bahas.
‘Sahabat Selamanya’

Sekiranya itu adalah ikrar setia kami untuk terus bersama hingga tangan Tuhanlah yang memisahkan. Jika kalian pernah membaca sebuah novel Firefly Lane karya Kristin Hannah, kalian pasti akan menemukan dua tokoh yang telah membuktikan kesetiaan janji mereka. Janji untuk bersahabat selamanya.Terlalu berlebihan memang, jika kami harus disejajarkan dengan kedua tokoh istimewa itu, Tully dan Kate. Namun, dalam segala situasi yang penuh dengan kecambuk akan kelabilan ego kami masing-masing, kami mencoba untuk bisa memenuhi janji kami sabagai sahabat selamanya.


Hingga semua itu berubah keadaannya.Terjadi begitu saja.Dan berhasil menghancurkan semuanya dalam sekejap.Tepat di pertengahan Oktober lalu, semua itu kepahitan berawal dan sebuah hubungan yang erat pun berakhir.Penghianatan.Sebuah kata kunci yang terasa pantas untuk disandang.
*******


“Sya,…….”. tiba-tibaKeisya datang padaku dengan berderai air mata. Seperti biasa, ia meletakkan kepalanya di pundakku.
“Ada apa, Kei? Cerita aja, nggak usah kaya begini lah”.
“Kak,….”. ucapnya menggantung. Tampak keraguan darinya untuk bicara.
“Iya, Dik… Ada apa?”
“Dia jahat, Kak… -hikshikshiks L-“, ucapnya terisak.
“Maksudmu?”
“Farhan mutusin aku, Kak”.
“Apa?Bagaimana bisa?Awas aja kalau aku ketemu ama dia. Huh!” seruku geram penuh umpat pada Farhan.“Memang apa yang sudah terjadi?Kalian bertengkar?”
Keisya hanya terdiam.Isaknya terdengar makin dalam.Makin perih menusuk relung batinnya.“Baiklah, kalau kamu nggak bisa cerita nggak apa-apa.Tapi ingat ya, aku selalu ada buat kamu”, ucapku berusaha menghiburnya.
“…. J….”. ia hanya tersenyum dan menatapku mendalam. “Terimakasih Rasya. Terimakasih”, ucapnya diiringi dengan jatuhnya bulir-bulir bening pada pipinya.
“Yang penting kau bahagia, Dik. Bukankah kita akan menjadi sahabat selamanya?”.
“Untuk sahabat sejati selamanya”, sahut Keisya sambil mengaitkan kelingkingnya pada kelingkingku.Tampak sebuah senyum tersungging di wajahnya.Ia tampak manis, meski aku tahu ia tengah membohongi dirinya sendiri dengan senyumnya yang penuh kegamangan saat ini.
******


Hari-hari muram buat Keisya telah berlalu.Dapat terlihat lagi auranya yang periang dan senyumnya yang menggoda. Dengan centilnya ia menghidupkan suasana di kelas kami. Mungkin, itu salah satu alasan mengapa aku rela menjadi sahabatnya.
“Wah, lagi seneng ni ye…”, godaku padanya.
“Maksud kak Rasya apa sih?Dateng-dateng langsung nyeplos begitu? Plis deh,…”, timpalnya padaku.
“Sepertinya ada sesuatu nih. Makanya si putri ini lagi doyan nyegar-nyegir nggak jelas”.
“Emang menurut kakak begitu ya?” ujarnya tanpa menatap aku, sambil nyegar-nyegir tak jelas.
“Inggih, Sayang…. Emang ada apa toh? Cerita dong”.
“Rasya tahu Bramasta kan?”
“Emang kenapa?”
“Orangnya perhatian ya, Kak. Baaaiiikkk banget”


Aku sangat terkejut akan apa yang baru saja dikatakan Keisya. Entah aku merasa ada sesuatu mengganjal di hatiku.Ada serpihan rasa tak rela yang menghujam dada.Seketika lidahku kelu. Tanpa ingin membuatnya kecewa akan responku yang tidak cukup baik, ku lemparkan senyum padanya. Berharap ia tak menyadari akan adanya kegamangan dalam hatiku.
*****


Mulai saat itu, Keisya tak lepas dari topic yang membahas tentang Bramasta.Anak laki-laki di sekolah kami yang bisa dikatakan tenar. Berperawakan tinggi, putih, bermata sedang, dan jika tersenyum maka akan timbul sebuah cekungan di sudut pipinya. Dan semenjak hari itu pula, waktu malamku terasa panjang dan melelahkan.Bramasta adalah kawanku saat kelas 4 SD dahulu. Kedua orangtua kami pun sudah cukup mengenal.Tak jarang Ibu mengundang mereka –Bramasta dan keluarga- dalam setiap acara penting keluarga kami, begitu juga sebaliknya.Kami tergolong dekat, walau kini pada nyatanya hubungan kami semakin merenggang. Bahkan jika aku menceritakan hal ini pada teman-teman di sekolah ku kini, sungguh mereka akan benar-benar tidak percaya. Mustahil untuk dapat dipercaya oleh mereka.Tak apalah, sempat mengenal bahkan mejadi kawannya pun jadi hal istimewa buatku.Dan semua yang telah terjadi  antara aku dan Bramasta seakan sudah cukup memberikan alasan untuk menumbuhkan rasa kagum dari ku untuknya.


Dengan terus melajunya sang waktu, rasa kagum itu kian menjalar, merambat dan bersarang ke dalam ruang-ruang kosong di benakku.Semakin lama, semua rasa itu kian mendalam. Dan kini, . . . .tepat dihadapanku. Seorang gadis yang telah kuanggap bak saudara, menceritakan sosok Bramasta dengan binar-binar kekaguman yang tampak di matanya.
“Apa kamu mengagumi, Bramasta?” tanyaku tiba-tiba pada Keisya.Semua terasa terlontar begitu saja dari mulutku.


Keisya diam., tersenyum dan melempar pandangannya pada goresan putih yang menggantung di langit biru yang gagah. “Menurutmu Rasya? Apakah seperti itu adanya?” ucapnya kemudian. Tergores sebuah senyum dari bibirnya.
*****


Entah untuk yang ke-berapa kalinya aku membolak-balikkan tubuhku di atas ranjang.Nyanyian jangkrik terdengar makin lantang, seiring dengan terhentinya suara riuh manusia yang rutin terdengar di pagi hari. Dari balik jendela, cahaya bulan telah memberi warna perak pada pepohonan di luar sana. Lambaian tirai-tirai di kamarku seakan mengabarkan bahwa sang angin darat telah menjaga nelayan-nelayan yang tengah memulai harinya demi sepincuk nasi. Ku lempar pandangan pada jam dinding yang menggantung di seberang ranjangku. Pukul 02.00.Hingga saat ini kedua mataku enggan terpejam, walau perihnya mata ku rasa sudah.Kata-kata Keisya pagi tadi masih terngiang jelas dalam anganku.“Ah, aku tak boleh seperti ini. Pun tak ada guna aku mementingkan hatiku sendiri.Toh, Bramasta tak memiliki perasaan apapun padaku. Bukankah cinta tak harus memiliki?” batinku lirih.Cinta.Inikah rasanya?Sesuatu yang selalu terdengar indah, magis, dan luar biasa, telah menjangkit diriku.Sesuatu yang selalu dibuat istimewa oleh para pengarang maupun penyair. Tapi,… mengapa semua seperti ini? Terasa sakit, berat, dan memilukan.Makin meracuni alam pikiranku yang kalut.Sungguh buruk kenyataan cinta yang sesungguhnya.Namun semua kembali pada satu pertanyaan singkat, “Pantaskah aku merasakan cinta saat ini?”
*****


“Sya,…Rasya!” panggil Nadine tergopoh-gopoh.
“Ada apa?Santai aja lagi, nggak usah lebay sampai mengos-mengos begitu”.Ucapku sekenanya.
“hosh.. hosh..  Itu…hosh hosh… emmm, i..ttu lho…” ucapnya tak jelas sembari mengatur napasnya yang tersengal-sengal.
“Hadeh, ngomong apa to, Mbak yu… atur napas dulu dah, tenang”.
Dalam waktu sepersekian detik, Nadine kembali bernapas normal. “Kei,….Kei,.. Kei, Rasya..”
“Kei? Ada apa? Kenapa Keisya?” responku panik seketika.
“Dia lagi berantem di kantin. Anak-anak malah pada nyorakin mereka, ngomporin gitu-….”
“Oke, makasih”.Responku singkat dan segera berlari ke arah kantin.Walau aku tahu bahwa Nadine belum selesai bicara tadi. Aku harap ia tidak marah dan bisa mengerti.
Gerombolan anak laki-laki dan perempuan riuh, membentuk formasi lingkaran tak beraturan. Mereka meneriakkan nama Kei dan Teressa. Segera ku berlari menuju kerumunan dan beradu badan dengan yang lainnya agar aku dapat menempati posisi terdepan. Begitu sampai di barisan depan, dapat ku lihat Kei dan Tere yang saling menjambak. Wajah mereka berdua merah padam, sama-sama terbakar emosi menggebu.Tak membuang waktu aku menuju ke tengah-tengah berharap dapat melerainya.
“Hei, hentikan!Hentikan semua ini!” teriakku cukup keras.Sialnya suaraku kalah terdengar daripada teriakan masal yang tengah mendukung jagoan mereka yang tengah bertanding.
‘Bruak!!!’


Aku jatuh tersungkur saat aku berusaha menengahi mereka berdua. Tangan Tere mendorong tubuhku keras secara tidak sengaja –mungkin memang tak sengaja, aku tak tahu-. Keisya menatapku yang merintih lekat-lekat.Ia melepaskan diri dari rengkuhan tangan Tere, dan bergegas menghampiriku. Masih dengan wajah yang merah padam, Tere mentap aku dan Keisya bergantian.Tatapan yang seakan bermakna, aku-akan-memberikan-pelajaran-yang-lebih-dari-ini-anak-bau-kencur. Ia berlalu dengan senyum puas karena merasa telah menang atas Keisya.
“Kamu nggak apa-apa, Rasya?”
“Yang seharusnya Tanya itu aku, Bodoh. Kamu nggak apa-apa?”
“Sial, semua gara-gara cewek jelek dan bawel itu.Awas aja dia. Berani banget dia macem-macem sama kamu, Sya”, umpatnya kesal bukan main.
Kei berdiri dan berjalan menghampiri Tere yang melangkah belum jauh dari TKP sebelumya. “Tere! “ teriak Kei. Tere berbalik, “Apa lagi anak bawang?”
‘Plak!’


Pukulan keras melayang dari tangan Kei ke pipi Tere. Saat tangan Tere hampir meyentuh permukaan pipi Kei, sebuah tangan menghentikannya.
“Bramasta”, ucap Tere dan Kei hampir bersamaan.
“Udahlah, kalian jangan kayak anak kecil sepeti ini.Apa kalian nggak mikir kalau perbuatan kalian mencoreng nama baik kalian sendiri?” ujar Bramasta sok bijak.
Tanpa berkata sepatah katapun, Tere berlalu.Terbesit kilatan amarah yang kian berkobar di matanya.Bramasta menatap wajah Keisya teliti.“Panampilanmu acak adul banget.Sumpah. Kamu juga luka, di obtain ke UKS gih,…….”


Bulir-bulir bening mengalir mulus di pipiku.Aku tak kuasa lagi untuk menahan genangannya. Hatiku benar-benar terasa terguncang melihat apa yang terjadi pada Rasta dan Kei. Mereka kini tengah berdiri di hadapanku, berjarak sangat dekat. Tampak rasa cemas dari air muka Rasta. Aku berlari.Menjauh dari pemandangan yang memekakkan luka di hatiku.Aku berlari megikuti kemana pun langkah kaki terarah.
*****


“Kak Rasya, tunggu..”, Kei memanggilku yang sedari kemarin berusaha menghindrinya. “Sya, kamu marah sama aku?Apa karena aku berantem waktu itu ya? Aku minta maaf”.
Ku tatap mata bulatnya mendalam. Mata yang membuat setiap orang akan menaruh simpati padanya. “Iya aku maafin kok.Lain kali jangan kamu ulangi, inget orangtuamu nggak pernah ngajarin kamu untuk berantem kaya ayam bodoh.Apalagi ini Cuma hal sepele”.
“Maaf, Sya. Aku….” Air mata menggenang di kedua pelupuk matanya, selang beberapa detik bulir-bulir bening itu tumpah ruah. “Maafkan aku, Sya,,,”
Ku raih tubuhnya dan ku dekap ia. Aku beruaha untuk menentramkan hatinya.“Iya, kei aku maafin kamu. Dan aku juga minta maaf ya, Kei….”
Kei menarik dirinya dari tubuhku.Ia menatapku, “Maaf? Untuk apa?”
“Untuk,….segalanya, Kei. Segalanya”, jawabku mnggantung.Aku terus terhanyut dalam tatapan matanya. “Kei maafkan aku yang belum seutuhnya rela melepaskan perasaanku pada Rasta untukmu”, batnku dalam hati.
“Oke, daripada larut dalam kesedihan yang super nggak jelas gimana kalau nanti kita hang out. Makan bakso atau mi ayam?” tawar Kei padaku, sambil menyeka jalur yang membekas atas air matanya.
“Aku kenyang. Mungkin lain kali. Aku minta maaf”.
“Sayang sekali. Tapi, tak apalah”
|”Emm, kalau boleh tahu ada masalah apa, antara kamu sama Tere?”
“O, jadi gini ceritanya-..”.
*****


Matahari kian meninggi.Panasnya sungguh menyegat, serasa membakar hangat ubun-ubun kepala.Ku kayuh sepeda menuju perpustakaan umum.Dalam kondisi kalut seperti ini, ku luangkan sedikit waktu untuk sekedar mambaca buku, berharap semua masalah dapat terlupakan walau hanya sekejap.
Begitu sampai di dalam. Ribuan buku yang tertata rapi dalam rak-rak yang saling berjajar. Ku perintahkan langkah kakiku menuju kumpulan buku yang berlabel “Sastra dan Karya Fiksi”.
“Rasya!” tiba-tiba sebuah suara yang tak asing bagiku terdengar keras memanggil.
“Hei, Kei! Tumben ke sini.Sama…?” belum genap aku menyelesaikan kalimat tanyaku, sosok Rasta menyusul di belakang Kei.“Sepertinya aku sudah tahu jawaban atas pertanyaanku sendiri”. ujarku kemudian.
“Ku akui kau memang cerdas, Rasya”.
“Hei, Rasya! Udah lama banget nggak ketemu.Ngilang kemana aja kamu?”Rasta tiba-tiba datang dan menyapa ku.
“Bukankah yang selama ini sering ngilang itu kamu ya?Secara anak tenar gitu?”
“Bisa aja kamu, Sya.Kamu belum berubah ya.Masih pinter ngeles kaya dulu”.
“Oh ya?” jawabku singkat.“Aku emang nggak berubah, Rasta.Begitu juga perasaanku ke kamu. Mungkin selamanya akan tetap sama”, benakku kemudian. Jujur saja, seketika jantungku berdebar kencang, aliran darahku mengalir begitu cepat.Tubuhku gemetar.Tangan dan kakiku terasa kesemutan.
“Ehem..ehem… ada yang dikacangin di sini nih”, Kei berkomentar atas suasana yang terjdi.
“Wah, ada yang marah ni ye”, godaku.
“Oke.Kei, bisa kamu cerita gimana kamu bisa kenal dan bersahabat sama cewe bawel, cerewet, dan cengeng kayak dia?”
“Oh, gitu? Awas kamu ya”.
“Kamu ngancem ceritanya nih?” goda Rasta padaku.


Mulai detik itu, ku rasakan kembali kedekatanku dengan Rasta. Dan dapat ditebak, aku semakin sukar menghapusnya dari hatiku. Seakan ada harapan untukku. Jujur saja, aku merasa dia sangat perhatian kepadaku. Aku nyaman berada di dekatnya. Aku sering menghindari kontak mata dengannya, aku tak kuasa menatapnya lama. Tak jarang Rasta tersenyum geli dengan tingkahku yang serba salah. Namun, kami tidak hanya berdua saja dalam melewati hari. Ada Keisya. Sahabatku yang juga saingan hatiku akan Rasta.*****
‘Drrrrtt,,,ddrrrrtt,,’


Handphone ku bergetar.Ada sebuah pesan dari Rasta. Jujur, aku telah menantikannya sejak semalam. “. . . Happy Birthday, Friend. Moga tambah suskses aja dan selalu berada dalam naunagn rahmat-Nya.Amiin. O ya, Sya hari ini aku mau ngundang kamu untuk makan bareng keluarga aku.Toh, udah lama juga kita nggak makan bareng.Jangan lupa kenakan gaun ungu itu. Aku harap kau menyukainya. . . .”, sms panjang lebar dari Rasta membuatku gembira dan bingung. Gembira tas undangannya dan bingung perkara gaun ungu yang ia sebutkan dalam pesannya. Gaun apa yang ia maksudkan?
“Kei, kamu nerima titipan nggak? Kiriman pos gitu, ada nggak?” tanyaku pada Keisya yang kini tinggal seatap denganku. Kini lagi-lagi kami kuliah di tempat yang sama. Dan ujung-ujungnya, kami memutuskan untuk tinggal di rumah kos satu atap.
“Hah, ng..ng kiriman… tt .. ttittipan? Ng..ng.. ng… aku nggak tahu tuh. Emang kenapa?” jawabnya dengan air muka yang aneh seketika.
“Nggak, aku butuh banget barang itu.Ada hal penting untukku.Terimakasih”.
“Yap, aku pasti akan memberimu kabar seputar kiriman yang datang, Rasya. Itu pasti.”
“Aku percaya padamu, Kei”.
“Ngng, Rasya,…”
“Iya, Kei?”
“Selamat ulang tahunJ”
“Terimakasih, Sobat.  Kau yang terbaik”.
*****


Hatiku masih terbalut gelisah dan bersalah. Gaun pemberian Rasta tak berjejak, hilang. Aku pun tak menghadiri undangan makan malam dari keluarga Rasta. Aku tak tahu harus berkata apa pada mereka perkara gaun yang hilang itu. Aku malu. Rasta maafkan aku.
‘Bruak!!’
Sebuah kotak bersampul hitam jatuh dari lokerku. Penasaran, ku buka bungkusan kotak itu.Dan ku lihat isinya, sebuah kaset rekaman dan sebuah buku harian yang persis dengan milik Keisya. Apa maksudnya ini. Tak betah didekap penasaran, ku setel rekaman itu. Dan ternyata……
******


“Apa maksudmu melakukan ini semua, Keisya? Apa salahku padamu?” makiku pad Keisya setibanya aku di rumah. Awalnya aku tak percaya akan apa yang ku lihat dalam rekaman itu, tapi pernyataan Keisya pada buku hariannya cukup menjadi bukti.


. . . Tuhan, sungguh aku tak rela ini semua terjadi.Ternyata selama ini Kak Rasta lebih menaruh kagum pada Rasya.Bukan padaku! Tadi pagi, aku menemukan sebuah bingkisan bersampul ungu di depan pintu. Dibawa penasaran, kemudin ku buka isinya. Ternyata itu adalah kado ulang tahun dari Rasta untuk Rasya .Sungguh hati ini terbakar. Hatiku berkecamuk. Haruskah aku utamakan sahabatku atau perasaanku? Tak berselang lama, ada seorang gadis kecil melintas di hadapanku. Ku panggil ia, dan ku berikan gaun ungu itu padanya. Aku berkata padanya, bahwa ia harus memakai gaun ini jika tiba waktunya nanti. Ia tersenyum bahagia dan berlalu. Kembali aku menitihkan air mata. Rasya, maafkan aku.Sungguh aku tak kuasa menerima semua ini..  Rabu, 20 Oktober. . . .
“Rasya, aku… ak akk,..akkuuuu….”
“Sudah cukup, Kei.Aku lelah denganmu. Benar apa yang Tere katakan padaku. Kau memang tak punya hati. Kamu lebih mementingkan urusan dan kebutuhanmu sendiri.”.
“Tere? Apa yang telah ia katakan?”
“Tak penting. Yang terpenting adalah, aku telah menyadari bahwa kau adalah seorang penghianat besar. Aku kecewa padamu”.
“Aku bukan penghianat. Aku sahabatmu, Sya’.
“Sahabat? Tidak lagi untuk sekarang dan seterusnya”. Usai bicara aku lekas berlalu.
“Rasya,…”


Langkahku terhenti. Hatiku berontak untuk mencabut semua yang telah ku ucapkan. Namun, emosiku tak dapat teredam lagi. “Oh ya, Kei. Mulai siang ini aku tidak lagi seatap denganmu. Semoga kau segera tenang atas kepergianku. Dan,… terimakasih”, ucapku tanpa berbalik.
******

‘drrrrtttt…. Dddrrrtttt…’
Handphoneku bergetar untuk yang ke-sekian kalinya. Terpampang nama Keisya di layar handphoneku. Sudah hampir dua minggu aku tak menjawab sms atau menerima panggilan darinya.Hatiku masih nyeri saat mengingat semuanya. Aku juga menghindari Rasta. Jika Keisya memang benar-benar menginginkannya, akan ku relakan dia. Mungkin Rasta benar-benar bukan untukku.


Ku tatap lekat-lekat  foto yang tengah ke dekap. Bergamabar 3 remaja, satu laki-laki dan dua wanita. Mereka tersenyum riang menatap kamera.Di bawahnya tertera tulisan SAHABAT SEJATI SELAMANYA.
Air mata mengucur deras.Menusuk luka hati yang seakan terlanjur bernanah.Luka hati yang tak pernah aku inginkan.Luka hati yang telah mengorbankan sesuatu berharaga dalam duniaku, persahabatanku..
 by:orenta

kesepianku

KESEPIANKU

Ketika dunia terang, alangkah semakin indah jikalau ada sahabat disisi. Kala langit mendung, begitu tenangnya jika ada sahabat menemani. Saat semua terasa sepi, begitu senangnya jika ada sahabat disampingku. Sahabat. Sahabat. Dan sahabat. Ya, itulah kira-kira sedikit tentang diriku yang begitu merindukan kehadiran seorang sahabat. Aku memang seorang yang sangat fanatik pada persahabatan.

 
Namun, sekian lama pengembaraanku mencari sahabat, tak jua ia kutemukan. Sampai sekarang, saat ku telah hampir lulus dari sekolahku, kupikir itu akan memudahkanku mencari sahabat.

Tapi kenyataan dengan harapanku tak sejalan. Beragam orang disini belum juga bisa kujadikan sahabat. Tiga tahun berlalu, yang kudapat hanya kekecewaan dalam menjalin sebuah persahabatan. Memang tak ada yang abadi di dunia ini. Tapi paling tidak, kuharap dalam tiga tahun yang kuhabiskan di sekolahku ini, aku mendapatkan sahabat. Nyatanya, orang yang kuanggap sahabat, justru meninggalkanku kala ku membutuhkannya. “ren, nelpon yuk. Wartel buka tuh,” ujar seorang teman yang hampir kuanggap sahabat, Riea pada ‘sahabat’ku yang lain saat kami di perpustakaan. “Yuk, yuk, yuk!” balas sela, ‘sahabatku’. Tanpa mengajakku Kugaris bawahi, dia tak mengajakku.

Langsung pergi dengan tanpa ada basa-basi sedikitpun. Padahal hari-hari kami di masjid sering dihabiskan bersama. Huh, apalagi yang bisa kulakukan. Aku melangkah keluar dari perpustakaan dengan menahan tangis begitu dasyat. Aku begitu lelah menghadapi kesendirianku yang tak kunjung membaik. Aku selalu merasa tak punya teman. “Vy, gue numpang ya, ke kasur lo,” ujarku pada seorang yang lagi-lagi kuanggap sahabat. Silvy membiarkanku berbaring di kasurnya.

Aku menutup wajahku dengan bantal. Tangis yang selama ini kutahan akhirnya pecah juga. Tak lagi terbendung. Sesak di dadaku tak lagi tertahan. Mengapa mereka tak juga sadar aku butuh teman. Aku takut merasa sendiri. Sendiri dalam sepi begitu mengerikan. Apa kurangku sehingga orang yang kuanggap sahabat selalu pergi meninggalkanku. Aku tak bisa mengerti semua ini. Begitu banyak pengorbanan yang kulakukan untuk sahabat-sahabatku, tapi lagi-lagi mereka ‘menjauhiku’. “ren, lo kenapa sih ? kok nangis tiba-tiba,” tanya Silvy padaku begitu aku menyelesaikan tangisku. “Ngga papa, Vy,” aku mencoba tersenyum. Senyuman yang sungguh lirih jika kumaknai. “ren, tau nggak ? tadi gue ketemu loh sama dia,” ujar Silvy malu-malu. Dia pasti ingin bercerita tentang lelaki yang dia sukai. Aku tak begitu berharap banyak padanya untuk menjadi sahabatku.

Kurasa semua sama. Tak ada yang setia. Kadang aku merasa hanya dimanfaatkan oleh ‘sahabat-sahabatku’ itu. Kala dibutuhkan, aku didekati. Begitu masalah mereka selesai, aku dicampakkan kembali. “ren, kenapa ya, Lara malah jadi jauh sama gue. Padahal gue deket banget sama dia. Dia yamg dulu paling ngerti gue. Sahabat gue,” Silvy curhat padaku tentang Lara yang begitu dekat dengannya, dulu. Sekarang ia lebih sering cerita padaku. Entah mengapa mereka jadi menjauh begitu. “Yah, Vy. Jangan merasa sendirian gitu dong,” balasku tersenyum. Aku menerawang,” Kalau lo sadar, Vy, Allah kan selalu bersama kita. Kita ngga pernah sendirian. Dia selalu menemani kita. Kalau kita masih merasa sendiri juga, berarti jelas kita ngga ingat Dia,” kata-kata itu begitu saja mengalir dari bibirku. Sesaat aku tersadar. Kata-kata itu juga tepat untukku. Oh, Allah, maafkanku selama ini melupakanmu. Padahal Dia selalu bersamaku.

Tetapi aku masih sering merasa sendiri. Sedangkan Allah setia bersama kita sepanjang waktu. Bodohnya aku. Aku ngga pernah hidup sendiri. Ada Allah yang selalu menemaniku. Dan seharusnya aku sadar, dua malaikat bahkan selalu di sisiku. Tak pernah absen menjagaku. Kenapa selama ini aku tak menyadarinya? Dia akan selalu mendengarkan ‘curhatanku’. Dijamin aman. Malah mendapat solusi. Silvy tiba-tiba memelukku. “Sorry banget, Faiy. Seharusnya gue sadar. Selama ini tuh lo yang selalu nemenin gue, dengerin curhatan gue, ngga pernah bete sama gue. Dan lo bisa ngingetin gue ke Dia. Lo shabat gue. Kenapa gue baru sadar sekarang, saat kita sebentar lagi berpisah…” Silvy tak kuasa menahan tangisnya.

Aku merasakan kehampaan sejenak. Air mataku juga ikut meledak. Akhirnya, setelah aku sadar bahwa aku ngga pernah sendiri dan ingat lagi padaNya, tak perlu aku yang mengatakan ‘ingin menjadi sahabat’ pada seseorang. Bahkan malah orang lain yang membutuhkan kita sebagai sahabatnya. Aku melepaskan pelukan kami. “ Makasih ya, Vy. Ngga papa koki kita pisah. Emang kalau pisah, persahabatan bakal putus. Kalau putus, itu bukan persahabatan,” kataku tersenyum. Menyeka sisa-sisa air mataku. Kami tersenyum bersama. Persahabatan yang indah, semoga persahabatan kami diridoi Allah. Sahabat itu, terkadang tak perlu kita cari. Dia yang akan menghampiri kita dengan sendirinya. Kita hanya perlu berbuat baik pada siapapun. Dan yang terpenting, jangan sampai kita melupakan Allah. Jangan merasa sepi. La takhof, wala tahzan, innallaha ma’ana..Dia tak pernah meninggalkan kita. Maka jangan pula tinggalkannya.


by: orenta

Minggu, 12 Februari 2012












My First Love
Oleh: Juliani H.S

Bunyi alarm yang terletak di meja belajarku, memaksa aku unutk bangun dan pergi ke sekolah. Dengan malas, aku beranjak dari tempat tidur menuju kamar mandi. Setelah mandi dan bersiap-siap, aku turun ke bawah untuk sarapan pagi. Di lihatnya mbok minah yang sedang menyiapkan sarapanku.


“pagi mbok, papa mama kemana ?” tanyaku pada mbok minah sambil menuangkan susu.

“eh non udah siap. Bapa sama ibu sudah berangkat kerja dari subuh tadi.”

Aku mendengus, aku sudah tak heran lagi bila setiap aku bangun tidur mereka sudah tidak ada untuk mengurus pekerjaan mereka masing-masing. Dalam keadaan materi, kebutuhanku sangat tercukupi malah terkesan berlimpah, tapi soal kasih sayang aku tak pernah mendapatkannya. Maka dari itu, aku mencari kasih sayang dari oranglain yang bisa menyayangiku. Ya itulah hidupku, seorang putri dari keluarga konglomerat yang tidak mendapatkan kasih sayang. Aku adalah Samantha putri febriani atau yang biasa dipanggil sam.

“ya sudah mbok, sarapanku di bawa untuk bekal di sekolah saja. Aku sudah telat nih cepat bereskan ya mbok.”

“baik non.” Kata mbok minah patuh.

Akhirnya aku berangkat sekolah diantar oleh mang ujang. Walaupun sebenarnya aku bisa membawa mobil sendiri, tapi aku sangatsaangat malas membawa mobil. Gak tau kenapa. Setelah menempuh perjalanan selama setengah jam akhirnya aku sampai juga di SMA favorit di kota bandung. Aku memiliki banyak teman, namun aku memiliki teman dekat yaitu vita dan riki, mereka selalu menemani dan menyemangatiku. Sesampainya dikelas , aku melihat vita dan riki sedang mengobrol sesuatu hal yang seru, akhirnya aku pun bergabung bersama mereka.

“woy dua serangkai! Lagi ngbrolin apa nh ? kok ga ngajak” gue sh” kataku manyun.

“eh elu sam, gue kira siapa bkin kaget aja ckck. Kita lg ngbrolin anak baru yang katanya cakep dan tajir. Lu tau ga anak baru itu siapa?” jawab vita sambil nyengir.

“enggak emang siapa ?”

“pacar pertama lo. Masih inget kan ?” jawab riki.

“HAHHH ?!! sumpeh lo !! jangan bohongin gue ah, ga lucu tau “

“njeh ni anak di bilangin ga percaya. Beneran tauu.”

Aku diam aja. Dalam hati ia berfikir, masa daniel ada di sekolah yang sama kek gue sh. Ga mungkin!

“bohong aja lu. Gue ga percaya. Udah ah gue mau ke kantin.” Kataku sambil berlalu meninggalkan kelas.

“itu anak di bilangin ga percaya ckck” kata vita sambil geleng-geleng kepala.

*****
“teng teng teng ....” bunyi bel tanda masuk pun berbunyi. Semua anak-anak berlarian masuk ke kelasnya masing-masing. Termasuk sam. aku langsung duduk di bangkuku. Pelajaran pertama pelajaran biologi. Bu ani masuk dengan badan gendutnya sambil membawa seorang cowok yang supersuper keren itu. Aku terkejut, itu daniel pacar pertamaku waktu SMP dulu. Daniel tersenyum kepadaku yang kelihatan terkejut melihatnya.

“masa daniel ada di sini? Gue ga mimpi kan ? atau Cuma khayalan gue doang, aduhh dia kan ada di luar negri.” Kataku dalam hati.

Bu ani lalu berbicara “anak-anak, ibu membawa teman kalian yang baru. Dia pindahan dari amerika yang ingin bersekolah disini. Silahkan daniel perkenalkan dirimu.

“terimakasih bu.” Kata daniel sambil tersenyum, lesung pipit yang menghiasi wajahnya terlihat tampak jelas menambah ketampanan dia. “perkenalkan nama saya daniel setiawan, saya pindahan dari amerika. Ingin bersekolah disini karena mengikuti seseorang. Daniel diam sejenak sambil melihat sam. “yang ingin bertanya tentang saya lebih lanjut silahkan langsung tanyakan pada saya. Terimakasih.”

“baik anak-anak, apa ada pertanyaan ?” kata bu ani.

“daniel pin bbm lo berapa?” tanya rani miss centil.

“daniel udah punya pacar belum?” tanya rio dengan seenaknya, sontak membuat satu kelas tertawa.

“ih kok pada ketawa sh, gue kan beneran nanyanya. Kalau dia belum punya pacar kan bisa buat gue.” Elak rio sambil menirukan gaya bencong.

“sudah” kalau mau tanya lebih lanjut lagi, silahkan tanya sendiri kepada daniel. Baik daniel, kamu duduk di sebelah samantha. Riki, pindah kebelakang duduk sama rina.” Kata bu ani melerai murid”nya.

Akhirnya aku duduk bersebelahan dengan daniel. aku merasa sangat deg”an. (yaiyalah siapa yg ga deg”an kalau ketemu pacar pertama)

“hai. Masih inget gue kan?” sapa daniel sambil tersenyum.

“engg engg masih kok.” Jawabku gugup.

“tambah cantik aja lo.” Tanggap daniel sambil mengedipkan matanya.

“he he he makasih.” Pelajaran dimulai seperti biasa. Sampai bel berbunyi tanda istirahat.

“baik anak”, silahkan istirahat dulu.” Kata pak anton, guru akuntansi.

“sam, mau bareng kita gak?” tanya vita dan riki.

“engg engg enggak deh, kalian berdua duluan aja.” Jawabku.

“ok deh.” Jawab mereka sambil cekikikan.

“kok ga istirahat?” tanya daniel ramah.

“males.” aku menjawab singkat.

“lo masih marah sama gue ya?”

“menurut looo ??”

“masih, maafin gue ya. Bukan maksud gue ninggalin lo dulu, tapi gue ga dikasih kesempatan sama bonyok gue buat ngehubungin lo utk bilang selamat tinggal. Maaf.” Kata daniel sambil memohon pada sam.

“tau ah gue ga peduli.” Jawabku ketus.

“sam, plis maafin gue. Gue masih sayang sama lo, gue gabisa jauh dari lo.”

“trus kalau lu masih sayang sama gue, kenapa lo ninggalin gue gitu aja?! Ga ngasih kabar sama sekali, setelah 4 taon lu pergi sekarang dengan gampangnya lo ngomong kek gitu didepan gue hah?! Lo ga ngerti perasaan gue kek gimana nil!” kataku sambil menahan air matanya.

“gue ngerti perasaan lo pasti ancur pas gue tinggalin. Tapi gue terpaksa ninggalin lo, jgn marah sama gue. Gue minta maaf banget. Gue kesini bela-belain buat lo, gue cari tau dimana sekolah lo. Biar gue bisa bareng” lagi sama lo.”

“so?”

“skrng jjur sama gue, lo masih sayang kan sama gue?” tanya daniel berharap.

“ga! Gue udah ga sayang lagi sama lo!” jawabku sambil berlari keluar kelas sambil menangis.

“gue ga percaya kalau lo udah ga sayang lagi sama gue sam.” Daniel berkata lirih. Hatinya hancur , sakit. Merasa bersalah tlah menyakiti cinta pertamanya itu.

Flashback << 4 tahun yang lalu, di sekolah yang sama. Sam dan daniel menjalin pertemanan, hingga suatu hari daniel menyatakan cintanya pada sam, ia sangat menyayangi sam dan ingin menjaga sam. Dan sam pun menerimanya. Merka berdua sangat serasi, 7 bulan tlah berlalu. Hingga akhirnya daniel pergi entah kemana tak ada kabar sama sekali. Sam pun terpuruk, merasa cinta pertamanya tlah pergi jauh meninggalkan dia. Dia menjadi sangat pendiam dan tak ceria lagi seperti dulu. Setelah diberi tahu oleh teman” daniel, ternyata daniel pergi ke amrik ikut kedua orang tuanya. Sam hampir gila mendengar kabar itu, namun vita dan riki dengan setia mengihubur sam yang sedang terpuruk itu. Hingga sam bisa melupakan daniel. Tapi cinta dia untuk daniel belum bisa hilang.

*****
Aku hanya bisa menangis di bangku taman belakang sekolah, dia heran kenapa daniel bisa ada dihadapan dia. Padahal dulu ia sudah meningallkanku seenaknya. Vita yang meilhatku duduk sendiri di taman akhirnya menemuinya kembali.

“sam, kamu kenapa? Kok nangis? Grgr danielnya jahat ya? Nanti aku pukulin sampe babak belur deh.” Kata vita sambil bercanda. Berharap sam bisa tertawa kembali.

“gpp kok. Aku Cuma sedih aja, kenapa si kudanil itu seenaknya datang dan pergi dari hidup aku. Huahuahua” kataku sambil menangis.

“cup cup cup. Udah ah jangan nangis. Masa sam nangis sh ga lucu tau. Mungkin daniel balik lagi buat kamu, untuk minta maaf sama kamu. Kamu masih sayang sama dia ya ?”

“masih, aku masih sayangg sama dia. Tapi aku benci dia. Aku harus gimana dong vit?” tanyku.

“kamu ga harus gimana”, km hrs ngelupain rasa benci itu. Kamu gamau kan kehilangan daniel lagi?”

“aku ga mau.” Isakku.

“yasudah, km skrng hrs bisa buka hati kamu lagi untuk dia. Ok.”

“ok. Makasih ya vit udh ngasih solusi yang terbaik. Ntar ak traktir deh.” Jawabku sambil tersenyum.

“hahahasek di traktir lagi sama sam.” Kata vita sambiil tertawa.

*****
Di kelas..

“hai sam.” Sapa daniel untuk bisa bersatu lagi dengan cintanya yang dulu hilang itu.

“hai jg.” Jawab sam sambil tersenyum.

“km udah ga marah lagi sama aku ?”

“udh enggak. Lagian buat apa aku marah sama km, km ga salah kok. Hehe.”

“makasih ya sam, km udh percaya sama kata” aku. Tapi aku mau tanya sama km.”

“tanya aja.” Jawabku sambil memberesi bukunya.

“km masih sayang sama aku kan? Aku mau kita kayak dulu lg. Aku masih sayang sama km, aku cinta kamu sam.” Kata daniel sambil memegang tangan aku.

“engg engg gimana ya.” Bingung aku mau jawab apa. Hatiku menjawab mau, tapi gengsiku yang berbicara tidak.

“ayolah sam, aku pengen kita bisa kaya dulu lg.” Kata daniel sambil memohon.

Tidak tahan melihat muka polos yang sednag memohon untuk menjadi pacarku lagi, akhirnya aku pun menerima cintanya kembali. Daniel sangat senang, lalu ia langsung memeluk dan mencium keningku untukmelepaskan rasa rindu yang sudah lama mereka pendam.

Vita dan riki sangat senang aku dan daniel bisa kembali seperti dahulu. Melihat tawaku yang sudah kembali ceria lagi seperti dahulu. Walau tak ada mamapapa yang menyayangi dan memperhatikanku, namun sekarang ada daniel yang menyayangi dan memperhatikanu=ku. Dalam hati kecil ku, aku sangat ingin papa dan mama bisa menyayangiku kembali.

Hari” kulalui bersama daniel. Hingga 4 tahun usia pacaran mereka. Suatu hari daniel menyiapkan kejutan untukku disebuah taman. Sambil menutup mataku, dia menuntunku untuk kesebuah tempat, yaitu danau yang dulu sering kami kunjungi berdua. Daniel lalu berlutut didepanku dan berkata,
“will you marry me my princess?” sambil membuka kotak yang berisi cincin bermata berlian.
“i will my prince.” Kataku sambil memeluknya. Hingga akhirnya kami menjalani hidup bersama sampai ajal menjemput kami berdua.

THE END